pengkaji : Fitri Juariah
Penulis : HOLGER SCHNADELBACH and AINOJIE IRUNE,¨ University of Nottingham, DAVID KIRK, University of Newcastle, KEVIN GLOVER and PATRICK BRUNDELL, University of Nottingham
url : http://dx.doi.org/10.1145/2395131.2395132
url : http://dx.doi.org/10.1145/2395131.2395132
Abstrak
Our surroundings are becoming
infused with sensors measuring a variety of data streams about the environment,
people and objects. Such data can be used to make the spaces that we inhabit
responsive and
interactive. Personal data in its different forms are one important data stream
that such spaces are designed to respond to. In turn, one stream of personal
data currently attracting high levels of interest in
the HCI community is physiological data (e.g., heart rate, electrodermal
activity), but this has seen little
consideration in building architecture or the design of responsive
environments. In this context, we developed a prototype mapping a single
occupant’s respiration to its size and form, while it also sonifies their
heartbeat. The result is a breathing building prototype, formative trials of
which suggested that it triggers
behavioral and physiological adaptations in inhabitants without giving them
instructions and it is perceived
as a relaxing experience. In this paper, we present and discuss the results of
a controlled study of this prototype, comparing three conditions: the static
prototype, regular movement and sonification and a biofeedback
condition, where the occupant’s physiological data directly drives the
prototype and presents this data back
to them. The study confirmed that the biofeedback condition does indeed trigger
behavioral changes and
changes in participants’ physiology, resulting in lower respiration rates as
well as higher respiration amplitudes, respiration to heart rate coherence and
lower frequency heart rate variability. Self-reported state of
relaxation is more dependent on inhabitant preferences, their knowledge of
physiological data and whether
they found space to ‘let go’. We conclude with a discussion of ExoBuilding as
an immersive but also sharable
biofeedback training interface and the wider potential of this approach to
making buildings adapt to their
inhabitants.
Categories and Subject Descriptors: J.5 [ C o m p u t e r A p p l i c a t i o n
s]: Arts and Humanities— Architecture
General Terms: Design, Experimentation, Human Factors
Additional Key Words and Phrases: Adaptive architecture, biofeedback,
physiological data
1. Ulasan
Infus dari tempat kita tinggal
dengan berbagai sensor dan aktuator yang dimiliki memungkinkan pengembangan
lingkungan yang semakin canggih untuk mengetahui dan menanggapi setiap kegiatan
yang dilakukan. Lingkungan tersebut dapat bereaksi terhadap benda- benda yang
dtempatkan dalam diri mereka, untuk internal dihasilkan aliran data. Biasanya
pengguna menggunakan beberapa penggunaan dalam bentuk otomatis.
Sistem menggambar pada jaringan
sensor dan platform komputasi yang terkait untuk memberikan informasi tentang
keberadaan dan aktivitas orang tersebut.
Dengan menggabungkan informasi yang diambil dari preferensi dan
profiling dapat memberikan satu set data perilaku pribadi berdasarkan adaptasi.
Arsitektur adaftif merupakan area penelirian yang sangat aktif dalam dirinya
sendiri, yang mewakili berbagai pendekatan yang mencakup seni, teknik, arsitektut
, komputasi dan desain interaksi [Schnadelbach 2010]. Ada teknis yang signifikan. Organisasi dan
tantangan komputasi yang muncul dalam arsitektur adaptif ini serta memiliki
literatur yang sudah didokumentasikan [Chan et al .2008; Harper 2003; Streitz
et al .1999].
2.
Membangun prototype pernapasan
Penelitian ini disajikan untuk
mengembangkan lebih lanjut minat dalam arsitektur adaptasi [Schnadelbach 2010].
Hal ini berarti sedang mempertimbangkan aplikasi dari data fisiologis dengan
desain bangunan yang adaptif. ExoBuilding merupakan bangunan adaptif
prototipikal, yang memungkinkan secara konkret mengeksplorasi hubungan antara
pemantauan dan adaptadi bangunan yang dinamis.
2.1 Skala prototype
awalnya peneliti mengangap pemetaan antara teknis
yang tersedia dari fisiologis data dan bangunan seperti menghubungkan tingkat
konduktasi kulit ke suhu kamar ruangan atau suhu tubuh individu untuk pemanasan
local dan pendinginan. Namun, setelah didiskusikan dengan temannya, menyarankan
bahwa pemetaan data fisologis untuk membangun batas dan formulir dari suatu
area yang sebagian besar belum diselidiki.
Apabila mengikuti pemetaan yang di eksplorasi : pertama, respirasi
dikaitkan denganukuran prototype dalam hal ini jika seseorang bernapas maka
akan meningkatkan ukuran dari prototype, sedangkan apabila seseorang
mengeluarkan napas makan akan menurukan ukuran prototype tersebut. Kedua, detak jantung seseorang itu sonified
melalui speaker dan ditampilkan melalui serangakian LED merah yang tertanam
dalam dasar kayu. Ini merupakan implementasi dari konsep yang menunjukkan
kelayakan teknis yang menghubungkan data fisiologis untuk prototype.
2.2 Pembesaran
Skala
Prototype bangunan dari respirasi
ini dibangun dengan struktur tenda dengan ukuran kecil, dengan tulang-tulang dari struktur menggunakan alumunium tubing
dengan penutup yang terbuat dari bahan kaos yang merenggang. Dua titik pada
tulang itu, kain ditarik ke atas menuju subframe langit-langit. Fitur adaptif
utaman adalah fisik atas kebawah gerakan struktur. Lengan sebagai penyeminbang
untuk menarik kain yang kemudian melepaskannya kembali kebawah sehingga
ketegangan di kain akan memberikan tarikan kebawah.
2.3 Data fisiologis : Adaptasi
Sifat yang paling menonjol dari prototype pernapasan ialah :
Multiindraw : tampilan
data multiindrawi , informasi dapat dilihat (misalnya grafis yang doproyeksikan
denga gerakan kain), mendengar (sistem suara) dan merasa ( misalnya getaran
dari lantai, aliran udara yang dihasilkan oleh kain bergerak dan sentuhan dari
orang- orang yang kadang-kadang menyentuh kain.
Immersive . tampilan data
dalam hal fisik dapat menenggelamkan tubuh dari seseorang kedalam data yang
ditampilkan, dalam hal ini khususnya fisologi mereka sendiri.
Visceral : Secara
bersama-sama ini mengakibakan pengalaman hampir
visceral. Pemetaan ini menciptakan pengalaman womblike yang sangat tidak biasa dengan kain yang muncul sebagai
perpanjangan
dari perut seseorang ke lingkungan dan gema detak jantung
memantul dari lantai suara.
3.
Studi
Hasil studi formatif hanya indikatif pada tahap yang relative selama proses
prototyping, tetapi mereka menunjuk dengan baik untuk potensi penggunaan exobuilding dalam pelatihan respirasi biofeedback
dan kegunaannya sebagai alat untuk menyelidiki pertanyaan yang lebih luas disekitar hubungan fisiologi dan arsitektur
adaptif.
3.1 Perubahan Prototipe dan Setup
Para peserta studi formatif tidak menemukan visualisasi detak jantung
melalui lampu LED yang menarik dan tidak bisa membaca hubungan EDA dan grafis
yang diproyeksikan. Kedua mekanisme umpan balik
juga disajikan secara komplek dalam hal
desain eksperimental yaitu, dua faktor tambahan pembaur yang berpotensi harus diselidiki. Masalah terakhir
adalah alasan utama untuk menghapusnya dan berkonsentrasi pada dua mekanisme
inti umpan balik.
3.2 Studi Desain
Untuk menguji dampak dari protoitipe pada peserta, studi ini menggunakan
langka-langkah desain dengan subjek yang diulang pada peserta dengan mengalami
tiga kondisi arsitektur
a.
Berdemontrasi biofeedback
arsotektur adapatip
b.
Arsitekrtur
adaptip menunjukkan gerakan yang teratur.
c.
Arsitektur tidak
menunjukkan gerakan (sebagai kondisi control).
3.3
Studi prosedur
Peserta direkrut oleh iklan lokal. Mereka yang minum obat secara teratur, pengguna
yang mengkonsumsi narkotika, alkohol dan rokok dikeluarkan dari studi. Atau mereka
yang mengkonsumsi itu semua walaupun sebelum 24 jam uji coba tetap tidak dapat
ambil bagian dalam studi ini.
4.
Kesimpulan
Peserta yang melakukan studi ini menunjukkan respon perilaku dan
fisiologis. Namun, tidak memiliki efek yang diantisipasi pada set yang
menunjukkan tindakan fisiologis. Tanpa diduga, tanggapan tindak denyut jantung
(HR) atau jantung jangka pendek tingkat variilitas(pNN50) dibedakan antara
kondisi. Sementara EDL tidak menunjukkan fakta bahwa kondisi yang luas, mirip
berkaitan dengan efek tingkat stress seperti yang diharapkan.
blog yang sudah dikomentari :
https://nuraeni07yuliati.wordpress.com/2015/06/23/take-home-test-3-kajian-artikel-ilmiah/
http://broiwan.blogspot.com/2015/06/tht3-applying-lens-of-sensory.html
https://dfebiani.wordpress.com/2015/06/22/kajian-artikel-walking-and-the-social-life-of-solar-charging-in-rural-africa/